Di bawah ini merupakan Daftar Isi atau Table of Content dari Review Film Blood and Gold.
Sinopsis Singkat
Film ini berkisah tentang pertempuran berdarah, mengambil latar di Jerman pada musim semi tahun 1945, saat Perang Dunia II hampir berakhir. Heinrich, seorang veteran Wehrmacht yang berani, mencoba untuk melarikan diri dari pasukannya yang kalah dan kacau. Dia ingin pulang ke kota Hagen, di mana putrinya menunggunya. Namun, dia ditangkap oleh pasukan SS yang dipimpin oleh von Starnfeld, seorang letnan kolonel fanatik yang bertekad untuk menemukan harta karun Yahudi yang tersembunyi di suatu tempat.
Heinrich digantung di sebuah pohon, tetapi dia selamat karena tali putus. Dia dibawa oleh Elsa, seorang wanita muda yang tinggal di sebuah rumah pertanian bersama adiknya, Paule, yang memiliki sindrom Down. Elsa merawat luka-lukanya dan memberinya tempat berlindung. Heinrich dan Elsa segera menyadari bahwa mereka memiliki banyak kesamaan. Keduanya berjuang untuk keadilan, melawan Nazi, dan untuk keluarga mereka.
Di desa terdekat, pasukan SS tiba dan mulai menggeledah sebuah rumah yang hancur yang sebelumnya ditempati oleh keluarga Yahudi. Mereka mencari emas yang diduga disembunyikan oleh keluarga tersebut sebelum mereka dibunuh atau dibawa ke kamp konsentrasi. Sebuah skuat SS merampok desa untuk mendapatkan persediaan, dan sampai di rumah pertanian Elsa. Ketika Heinrich bersembunyi di loteng, para SS menyiksa Paule dan mencoba memerkosa Elsa. Mereka diselamatkan oleh Heinrich, yang membunuh semua anggota skuat kecuali sersan yang melarikan diri.
Heinrich, Elsa, dan Paule meninggalkan rumah pertanian dan bersembunyi di hutan. Namun, Paule, yang tidak bisa berpisah dengan sapi perahan kesayangannya, kembali semalam dan ditangkap oleh SS yang tersisa keesokan paginya. Para SS membawa Paule ke gereja setempat dan menyiksanya di depan para penduduk desa. Dia dibawa ke puncak menara gereja saat dua tentara SS bersiap untuk menggantungnya. Namun, Paule mendorong salah satu dari menara dan menembak yang lain. Paule mengambil MP40 dari salah satu orang mati dan mulai menembaki SS di plaza. Heinrich dan Elsa tiba saat Paule dibunuh oleh von Starnfeld. Pertempuran sengit terjadi dan Elsa menyerahkan diri.
Para SS tidak dapat menemukan emas itu, dan seorang pendeta setempat mengungkapkan kepada Heinrich bahwa dia telah menyaksikan empat orang desa, termasuk wali kota, mencuri emas dari pemilik sahnya selama peristiwa Kristallnacht dan membakar rumah mereka. Dia, pada gilirannya, mencurinya dari mereka dan menyembunyikannya di gereja. Heinrich berencana untuk menggunakan emas itu untuk menarik SS masuk dan membebaskan Elsa. Elsa membunuh von Starnfeld dan pertempuran antara penduduk desa dan SS tersisa terjadi. Namun, Sonja, seorang simpatisan Nazi, mengkhianati penduduk desa dan mencuri emas itu. Dengan SS dikalahkan, Heinrich dan Elsa meninggalkan desa.
Sementara itu saat Sonja mencoba melarikan diri dalam mobil staf Jerman, sebuah tank Sherman Amerika menghancurkan kendaraannya. Saat dia terbaring sekarat, para tentara menemukan emas itu, dan meskipun pada awalnya mempertimbangkan untuk melaporkan penemuan itu, sersan mereka memberi tahu mereka untuk tidak melakukannya, sehingga kelompok itu dapat membaginya di antara mereka sendiri.
Kemudian Heinrich dan Elsa terlihat tiba di kota Hagen, di mana Heinrich memiliki pertemuan emosional dengan putrinya.
Genre dan Pesan yang Ingin Di Sampaikan
Film ini termasuk dalam genre aksi drama perang, yang menggabungkan unsur-unsur petualangan, kekerasan, dan sejarah. Film ini mengambil inspirasi dari film-film klasik seperti Where Eagles Dare atau The Dirty Dozen, yang menampilkan pertempuran sengit antara sekutu dan Nazi di akhir Perang Dunia II. Namun, film ini juga memiliki sentuhan modern dan orisinal, dengan menampilkan karakter-karakter yang lebih kompleks dan bermoral ambigu, serta efek khusus yang lebih realistis dan brutal.
Tema utama film ini adalah balas dendam, baik dari sisi Heinrich yang ingin membalas dendam atas kematian keluarganya dan perlakuan buruk Nazi terhadapnya, maupun dari sisi von Starnfeld yang ingin membalas dendam atas luka-lukanya dan kekalahan Jerman. Tema lain yang muncul adalah keserakahan, yang mendorong para Nazi dan beberapa penduduk desa untuk mencari emas tanpa peduli dengan nyawa orang lain. Selain itu, film ini juga mengeksplorasi tema-tema seperti keadilan, keluarga, persahabatan, dan cinta.
Pesan yang ingin disampaikan oleh film ini adalah bahwa perang adalah neraka, di mana tidak ada pihak yang benar-benar baik atau jahat, melainkan hanya korban dan pelaku kekejaman. Film ini juga mengajarkan bahwa uang atau harta tidak bisa membawa kebahagiaan, tetapi hanya menimbulkan masalah dan konflik. Film ini menunjukkan bahwa yang penting dalam hidup adalah hubungan manusiawi yang tulus dan saling membantu, seperti yang terjalin antara Heinrich, Elsa, Paule, dan penduduk desa yang berani melawan Nazi.
Kualitas Teknis
Film ini dibuat dengan standar produksi yang tinggi, yang terlihat dari aspek-aspek teknisnya. Salah satu aspek yang menonjol adalah sinematografi, yang dilakukan oleh Christof Wahl, seorang sinematografer berpengalaman yang pernah bekerja di film-film seperti The Wave dan The Miracle of Bern. Dia berhasil mengabadikan pemandangan pedesaan Jerman yang indah dan suram, dengan menggunakan warna-warna yang natural dan kontras. Dia juga menangkap adegan perang yang intens dan realistis, dengan menggunakan gerakan kamera yang dinamis dan sudut pandang yang bervariasi. Sinematografi film ini memberikan kesan visual yang kuat dan menarik.
Aspek teknis lain yang penting adalah editing, yang dilakukan oleh Alexander Dittner, seorang editor berbakat yang pernah bekerja di film-film seperti The Baader Meinhof Complex dan The Experiment. Dia berhasil mengatur alur cerita film ini dengan lancar dan efektif, dengan memotong antara adegan aksi dan drama tanpa membuat penonton bingung atau bosan. Dia juga menyeimbangkan tempo film ini dengan baik, dengan memberikan ruang untuk pengembangan karakter dan emosi, serta mempercepat adegan-adegan klimaks dan ketegangan. Editing film ini memberikan kesan naratif yang padat dan menghibur.
Aspek teknis lain yang mendukung film ini adalah musik, yang dikomposisi oleh Jessica de Rooij dan Hendrik Nölle, dua komposer muda yang pernah bekerja di film-film seperti Rampage dan We Are the Night. Mereka menggabungkan unsur-unsur orkestra dan gitar, yang memberikan nuansa epik dan western. Musik film ini menambahkan suasana dan mood film ini, dengan memberikan latar belakang musikal yang sesuai dengan setiap adegan. Musik film ini memberikan kesan akustik yang menyenangkan dan mendebarkan.
Aspek teknis lain yang cukup mengesankan adalah efek khusus, yang dibuat oleh Pixomondo, sebuah perusahaan efek visual terkenal yang pernah bekerja di film-film seperti Game of Thrones dan Fast & Furious 9. Mereka berhasil menampilkan ledakan, darah, dan luka-luka yang tampak nyata dan mengerikan, dengan menggunakan teknologi CGI dan praktikal. Efek khusus film ini menambahkan realisme dan dampak film ini, dengan memberikan gambaran visual yang jelas dan detail tentang kekerasan dan gore.
Namun, beberapa penonton mungkin merasa bahwa film ini terlalu berlebihan dalam hal kekerasan dan gore, serta kurang dalam hal nuansa dan atmosfer. Film ini terkadang terlihat seperti sebuah video game atau komik, dengan menampilkan aksi-aksi yang tidak masuk akal dan berdarah-darah. Film ini juga terkadang terlihat datar dan monoton, dengan tidak memberikan lapisan-lapisan makna atau simbolisme yang lebih dalam. Film ini mungkin lebih cocok untuk penonton yang menyukai genre aksi perang yang sederhana dan spektakuler, daripada penonton yang mencari genre drama perang yang kompleks dan artistik.
Kualitas Artistik
Film ini memiliki kualitas artistik yang cukup bervariasi, dengan beberapa aspek yang bagus dan beberapa aspek yang kurang. Aspek yang bagus adalah akting, yang dilakukan oleh para pemain yang berbakat dan profesional. Robert Maaser sebagai Heinrich memberikan penampilan yang kuat dan karismatik, dengan menunjukkan perpaduan antara keberanian, kesedihan, dan kelembutan. Marie Hacke sebagai Elsa memberikan penampilan yang menawan dan berani, dengan menunjukkan perpaduan antara kecantikan, kecerdasan, dan keberanian. Alexander Scheer sebagai von Starnfeld memberikan penampilan yang menyeramkan dan jahat, dengan menunjukkan perpaduan antara fanatisme, kegilaan, dan kekejaman. Para pemain lainnya juga memberikan penampilan yang memadai dan sesuai dengan karakter mereka.
Aspek yang kurang adalah dialog, karakterisasi, dan alur cerita, yang terlihat agak klise dan dangkal. Dialog film ini terkadang terlihat hambar dan tidak alami, dengan menggunakan kalimat-kalimat yang sudah sering didengar di film-film perang lainnya. Karakterisasi film ini terkadang terlihat tipis dan stereotip, dengan menggunakan karakter-karakter yang sudah sering dilihat di film-film perang lainnya, seperti tentara Jerman yang baik hati, wanita desa yang cantik dan pemberani, anak laki-laki yang cacat tapi lucu, Nazi yang sadis dan tamak, penduduk desa yang pengecut dan rakus, dll. Alur cerita film ini terkadang terlihat tidak logis dan tidak konsisten, dengan menggunakan adegan-adegan yang sudah sering dilihat di film-film perang lainnya, seperti penyelamatan di menit terakhir, pertempuran di gereja, pengkhianatan oleh simpatisan Nazi, dll.
Film ini mungkin lebih cocok untuk penonton yang mencari genre aksi perang yang sederhana dan spektakuler, daripada penonton yang mencari genre drama perang yang kompleks dan artistik.
Kelebihan dan Kekurangan Serta Aspek yang Menonjol
Kelebihan film ini adalah akting, musik, dan efek khusus, yang memberikan film ini kualitas artistik yang cukup baik. Para pemain memberikan penampilan yang berbakat dan profesional, dengan menunjukkan emosi dan karakter yang sesuai dengan peran mereka. Musik film ini memberikan suasana dan mood yang sesuai dengan genre film ini, dengan menggabungkan unsur-unsur orkestra dan gitar. Efek khusus film ini memberikan realisme dan dampak yang kuat, dengan menampilkan kekerasan dan gore yang tampak nyata dan mengerikan.
Kekurangan film ini adalah dialog, karakterisasi, dan alur cerita, yang memberikan film ini kualitas artistik yang cukup bervariasi. Dialog film ini terkadang terlihat hambar dan tidak alami, dengan menggunakan kalimat-kalimat yang sudah sering didengar di film-film perang lainnya. Karakterisasi film ini terkadang terlihat tipis dan stereotip, dengan menggunakan karakter-karakter yang sudah sering dilihat di film-film perang lainnya. Alur cerita film ini terkadang terlihat tidak logis dan tidak konsisten, dengan menggunakan adegan-adegan yang sudah sering dilihat di film-film perang lainnya.
Aspek-aspek yang menonjol dari film ini adalah humor hitam dan aksi spektakuler, yang memberikan film ini kualitas hiburan yang cukup tinggi. Humor hitam film ini terlihat dari beberapa adegan yang menampilkan situasi-situasi absurd dan ironis, seperti ketika Heinrich menggali kuburan Walter Hill, seorang sutradara film aksi terkenal, atau ketika Paule menembaki Nazi dari menara gereja. Aksi spektakuler film ini terlihat dari beberapa adegan yang menampilkan pertempuran sengit dan brutal antara Heinrich, Elsa, penduduk desa, dan Nazi, dengan menggunakan berbagai senjata dan trik.
Aspek-aspek yang mengecewakan dari film ini adalah kekerasan berlebihan dan kedalaman kurang, yang memberikan film ini kualitas estetika yang cukup rendah. Kekerasan berlebihan film ini terlihat dari beberapa adegan yang menampilkan darah dan gore yang terlalu banyak dan tidak perlu, seperti ketika Nazi dibakar hidup-hidup atau ketika Sonja ditabrak oleh tank Amerika. Kedalaman kurang film ini terlihat dari beberapa adegan yang tidak memberikan lapisan-lapisan makna atau simbolisme yang lebih dalam, seperti ketika emas itu dicuri oleh tentara Amerika atau ketika Heinrich bertemu dengan putrinya