Review Film Knights of the Zodiac

Knights of the Zodiac(2023)

219 votes, average 6.6 out of 10

Di bawah ini merupakan Daftar Isi atau Table of Content dari Review Film Knights of the Zodiac .

Sinopsis singkat

Film ini adalah adaptasi live-action pertama dari manga Saint Seiya karya Masami Kurumada, yang telah menjadi sensasi anime internasional. Manga ini bercerita tentang petualangan Seiya dan teman-temannya, yang merupakan ksatria yang mengenakan baju zirah yang disebut Cloth, yang mewakili rasi bintang. Mereka bertarung untuk melindungi dewi Athena, yang bereinkarnasi sebagai seorang gadis bernama Sienna, dari berbagai ancaman yang ingin menguasai atau menghancurkan dunia.

Dalam film ini, kita mengikuti kisah asal-usul Seiya (Mackenyu), seorang remaja jalanan yang keras kepala, yang menghabiskan waktunya bertarung demi uang sambil mencari adiknya yang diculik. Ketika salah satu pertarungannya tanpa sengaja membangkitkan kekuatan mistis yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya, Seiya menemukan dirinya terperangkap dalam dunia para ksatria yang saling berperang, pelatihan magis kuno dan seorang dewi yang bereinkarnasi yang membutuhkan perlindungannya. Ia harus menghadapi masa lalunya yang kelam dan menjadi seorang ksatria Pegasus, salah satu ksatria paling kuat dan berani di antara para Knights of the Zodiac.

Seiya tidak sendirian dalam petualangannya. Ia dibantu oleh Marin (Caitlin Hutson), seorang ksatria Elang yang menjadi mentornya, dan Nero (Diego Tinoco), seorang ksatria Phoenix yang menjadi sahabatnya. Bersama-sama, mereka harus melawan Guraad (Famke Janssen), seorang ksatria jahat yang ingin merebut kekuasaan dari Athena, dan anak buahnya, seperti Cassios (Nick Stahl) dan Docrates (TJ Storm). Mereka juga harus berhadapan dengan Alman Kiddo (Sean Bean), seorang pengusaha kaya yang memiliki hubungan rahasia dengan Athena dan Cloth.

Film ini disutradarai oleh Tomek Bagiński, yang dikenal sebagai sutradara film animasi pendek dan video game. Film ini menggunakan efek khusus canggih untuk menciptakan dunia Saint Seiya yang fantastis dan epik, serta aksi pertarungan yang menegangkan dan spektakuler. Film ini juga menampilkan musik karya Yoshihiro Ike, yang menggabungkan elemen rock, orkestra dan elektronik untuk menciptakan suasana yang sesuai dengan tema film.

Knights of the Zodiac (2023) adalah film aksi fantasi yang menarik bagi penggemar manga dan anime Saint Seiya, maupun bagi penonton umum yang menyukai cerita tentang petualangan, persahabatan dan keberanian. Film ini adalah film pertama dari sebuah trilogi yang direncanakan oleh Toei Animation dan Sony Pictures. Film ini dirilis di Jepang pada tanggal 28 April 2023, dan di Amerika Serikat pada tanggal 12 Mei 2023

Genre dan Pesan yang Ingin Di Sampaikan

Film ini termasuk dalam genre aksi fantasi, yang menggabungkan unsur-unsur petualangan, drama, dan sci-fi. Film ini mengambil latar belakang dunia modern yang diselingi dengan mitologi Yunani kuno, yang menjadi sumber inspirasi dari manga Saint Seiya karya Masami Kurumada.

Tema utama dari film ini adalah takdir dan pengorbanan. Film ini mengeksplorasi bagaimana Seiya dan teman-temannya harus menghadapi takdir mereka sebagai ksatria yang melindungi dewi Athena, yang berarti mereka harus bersedia mengorbankan segalanya, termasuk nyawa mereka, demi kebaikan umat manusia. Film ini juga menunjukkan bagaimana mereka harus mengatasi masa lalu mereka yang penuh dengan trauma dan kesulitan, serta menemukan makna dan tujuan hidup mereka sebagai ksatria.

Pesan yang ingin disampaikan oleh film ini adalah keberanian dan persahabatan. Film ini menginspirasi penonton untuk berani menghadapi tantangan dan rintangan yang ada di depan mereka, serta untuk tidak menyerah pada kegelapan dan kejahatan. Film ini juga menekankan pentingnya persahabatan sebagai sumber kekuatan dan dukungan, serta sebagai nilai yang harus dihormati dan dijaga. Film ini mengajarkan bahwa dengan keberanian dan persahabatan, kita bisa mengubah dunia menjadi tempat yang lebih baik.

Kualitas Teknis 

Berikut adalah sinopsis mengenai kualitas teknis film Knights of the Zodiac (2023), seperti sinematografi, editing, musik, dan efek khusus:

Film ini memiliki kualitas teknis yang cukup baik, meskipun tidak menandingi film-film Hollywood dengan anggaran yang lebih besar. Film ini menggunakan sinematografi yang dinamis dan berwarna, yang mencerminkan suasana dan gaya dari manga dan anime Saint Seiya. Film ini juga menggunakan editing yang cepat dan ritmis, yang membuat adegan-adegan pertarungan menjadi lebih hidup dan menarik.

Film ini juga didukung oleh musik yang orisinal dan mengesankan, yang dikomposisikan oleh Yoshihiro Ike, seorang komposer musik film dan anime yang berpengalaman. Musiknya menggabungkan elemen rock, orkestra dan elektronik, yang menciptakan suasana yang sesuai dengan tema film. Musiknya juga menambahkan emosi dan intensitas pada adegan-adegan penting. Film ini juga menggunakan lagu “Courage” oleh Pink sebagai lagu tema, yang menggambarkan semangat dan keberanian dari para ksatria.

Film ini juga menggunakan efek khusus yang canggih untuk menciptakan dunia Saint Seiya yang fantastis dan epik, serta aksi pertarungan yang menegangkan dan spektakuler. Film ini menggunakan CGI untuk membuat baju zirah Cloth yang berkilau dan bergerak, serta untuk membuat kekuatan mistis yang dimiliki oleh para ksatria. Film ini juga menggunakan praktikal efek untuk membuat luka-luka dan darah yang realistis, serta untuk membuat ledakan-ledakan dan api. Film ini juga menggunakan motion capture untuk membuat gerakan-gerakan para ksatria lebih alami dan akurat.

Kualitas Artistik 

Film ini memiliki kualitas artistik yang bervariasi, tergantung pada aspek-aspek yang dinilai. Film ini memiliki akting yang cukup bagus dari para pemeran utamanya, terutama Mackenyu yang berhasil memerankan Seiya dengan ekspresi dan emosi yang kuat. Namun, film ini juga memiliki akting yang kurang meyakinkan dari beberapa pemeran pendukungnya, terutama Famke Janssen yang terlihat kaku dan hambar sebagai Guraad.

Film ini juga memiliki dialog yang sederhana dan mudah dipahami, tetapi juga cenderung klise dan datar. Film ini tidak banyak menggunakan humor atau ironi dalam dialognya, sehingga membuatnya terasa monoton dan membosankan. Film ini juga tidak banyak menggunakan referensi budaya atau sejarah dalam dialognya, sehingga membuatnya terasa kurang otentik dan kaya.

Film ini juga memiliki karakterisasi yang kurang mendalam dan kompleks, terutama untuk para antagonisnya. Film ini tidak banyak menjelaskan latar belakang dan motivasi dari para ksatria jahat yang menjadi musuh Seiya dan teman-temannya, sehingga membuat mereka terasa datar dan stereotip. Film ini juga tidak banyak menunjukkan perkembangan dan perubahan dari para protagonisnya, sehingga membuat mereka terasa stagnan dan repetitif.

Film ini juga memiliki alur cerita yang sederhana dan mudah diikuti, tetapi juga cenderung prediktif dan tidak mengejutkan. Film ini mengikuti pola yang sama dari manga dan anime Saint Seiya, yaitu Seiya dan teman-temannya harus melawan berbagai ksatria jahat untuk melindungi Athena, sambil menghadapi rahasia-rahasia dari masa lalu mereka. Film ini tidak banyak menambahkan elemen-elemen baru atau twist yang menarik dalam alur ceritanya, sehingga membuatnya terasa membosankan dan tidak orisinal.

Kelebihan dan Kekurangan Serta Aspek yang Menonjol 

Berikut adalah sinopsis mengenai kelebihan dan kekurangan film Knights of the Zodiac (2023), serta aspek-aspek yang menonjol atau mengecewakan:

Film ini memiliki beberapa kelebihan yang bisa dinikmati oleh para penggemar manga dan anime Saint Seiya, maupun oleh penonton umum yang menyukai film-film aksi fantasi. Beberapa kelebihan tersebut antara lain:

– Film ini berhasil mengadaptasi beberapa adegan dan karakter ikonik dari manga dan anime Saint Seiya, seperti pertarungan Seiya melawan Cassios, pertemuan Seiya dengan Sienna, dan penampilan Cloth Pegasus yang berkilau. Film ini juga berhasil menampilkan beberapa teknik serangan khas dari para ksatria, seperti Pegasus Meteor Fist, Phoenix Illusion Demon Punch, dan Eagle Toe Flash.

– Film ini juga berhasil menciptakan suasana yang epik dan fantastis, dengan menggunakan latar belakang yang beragam dan indah, seperti kuil Athena di Yunani, gurun pasir di Mesir, dan laboratorium rahasia di Jepang. Film ini juga berhasil menciptakan beberapa momen yang mengesankan dan menggugah emosi, seperti saat Seiya membangkitkan Cosmos-nya untuk pertama kalinya, saat Sienna menyadari bahwa ia adalah Athena, dan saat Seiya dan teman-temannya bersatu untuk melawan Guraad.

– Film ini juga berhasil menampilkan beberapa pemeran yang berakting dengan baik dan sesuai dengan karakternya, terutama Mackenyu yang memerankan Seiya dengan ekspresi dan emosi yang kuat. Mackenyu berhasil menunjukkan sisi keras kepala, pemberani, dan setia dari Seiya, serta sisi lembut dan peduli dari Seiya terhadap adiknya dan Sienna. Mackenyu juga berhasil melakukan aksi pertarungan yang lincah dan enerjik.

Namun, film ini juga memiliki banyak kekurangan yang membuatnya menjadi film yang kurang memuaskan dan tidak setara dengan manga dan anime Saint Seiya. Beberapa kekurangan tersebut antara lain:

– Film ini gagal mengadaptasi banyak aspek penting dari manga dan anime Saint Seiya, seperti latar belakang mitologi Yunani kuno yang menjadi sumber inspirasi dari cerita, karakterisasi dari para ksatria jahat yang menjadi musuh Seiya dan teman-temannya, perkembangan dan perubahan dari para ksatria baik yang menjadi protagonis film, serta alur cerita yang sederhana dan mudah diikuti. Film ini juga gagal menambahkan elemen-elemen baru atau twist yang menarik dalam alur ceritanya, sehingga membuatnya terasa membosankan dan tidak orisinal.

– Film ini juga gagal menciptakan dialog yang menarik dan bermakna, dengan menggunakan dialog yang sederhana dan mudah dipahami, tetapi juga cenderung klise dan datar. Film ini tidak banyak menggunakan humor atau ironi dalam dialognya, sehingga membuatnya terasa monoton dan membosankan. Film ini juga tidak banyak menggunakan referensi budaya atau sejarah dalam dialognya, sehingga membuatnya terasa kurang otentik dan kaya.

– Film ini juga gagal menampilkan beberapa pemeran yang berakting dengan buruk dan tidak sesuai dengan karakternya, terutama Famke Janssen yang memerankan Guraad dengan cara yang kaku dan hambar. Famke Janssen tidak berhasil menunjukkan sisi jahat, ambisius, dan manipulatif dari Guraad, serta sisi konflik batinnya terhadap Athena. Famke Janssen juga tidak berhasil melakukan aksi pertarungan yang meyakinkan dan menantang.

Beberapa aspek yang menonjol dari film ini adalah:

– Efek khusus yang canggih untuk menciptakan dunia Saint Seiya yang fantastis dan epik, serta aksi pertarungan yang menegangkan dan spektakuler. Film ini menggunakan CGI untuk membuat baju zirah Cloth yang berkilau dan bergerak, serta untuk membuat kekuatan mistis yang dimiliki oleh para ksatria. Film ini juga menggunakan praktikal efek untuk membuat luka-luka dan darah yang realistis, serta untuk membuat ledakan-ledakan dan api. Film ini juga menggunakan motion capture untuk membuat gerakan-gerakan para ksatria lebih alami dan akurat.

– Musik yang orisinal dan mengesankan, yang dikomposisikan oleh Yoshihiro Ike, seorang komposer musik film dan anime yang berpengalaman. Musiknya menggabungkan elemen rock, orkestra dan elektronik, yang menciptakan suasana yang sesuai dengan tema film. Musiknya juga menambahkan emosi dan intensitas pada adegan-adegan penting. Film ini juga menggunakan lagu “Courage” oleh Pink sebagai lagu tema, yang menggambarkan semangat dan keberanian dari para ksatria.

– Sinematografi yang dinamis dan berwarna, yang mencerminkan suasana dan gaya dari manga dan anime Saint Seiya. Film ini menggunakan sinematografi yang menampilkan latar belakang yang beragam dan indah, seperti kuil Athena di Yunani, gurun pasir di Mesir, dan laboratorium rahasia di Jepang. Film ini juga menggunakan sinematografi yang menampilkan aksi pertarungan yang lincah dan enerjik, serta momen-momen yang mengesankan dan menggugah emosi.

Beberapa aspek yang mengecewakan dari film ini adalah:

– Akting yang kurang meyakinkan dari beberapa pemeran pendukungnya, terutama Famke Janssen yang terlihat kaku dan hambar sebagai Guraad. Famke Janssen tidak berhasil menunjukkan sisi jahat, ambisius, dan manipulatif dari Guraad, serta sisi konflik batinnya terhadap Athena. Famke Janssen juga tidak berhasil melakukan aksi pertarungan yang meyakinkan dan menantang.

– Dialog yang sederhana dan mudah dipahami, tetapi juga cenderung klise dan datar. Film ini tidak banyak menggunakan humor atau ironi dalam dialognya, sehingga membuatnya terasa monoton dan membosankan. Film ini juga tidak banyak menggunakan referensi budaya atau sejarah dalam dialognya, sehingga membuatnya terasa kurang otentik dan kaya.

– Karakterisasi yang kurang mendalam dan kompleks, terutama untuk para antagonisnya. Film ini tidak banyak menjelaskan latar belakang dan motivasi dari para ksatria jahat yang menjadi musuh Seiya dan teman-temannya, sehingga membuat mereka terasa datar dan stereotip. Film ini juga tidak banyak menunjukkan perkembangan dan perubahan dari para protagonisnya, sehingga membuat mereka terasa stagnan dan repetitif.

Posted on:
Views:202
Tagline:Go beyond your destiny.
Rate:PG-13
Year:
Duration: 112 Min
Country:,
Release:
Language:English, Magyar
Budget:$ 60.000.000,00
Revenue:$ 6.794.519,00
Director: